Senin, 31 Mei 2010

Indonesia Menandatangani Kesepahaman Mengurangi Emisi

Indonesia telah menanda tangani surat kesamaan (letter of Inten), tentang perbaikan hutan di Indonesia untuk mengurangi Emisi Rumah Kaca. Kesepahaman itu ditandatangani oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dengan pemerintahan Norwegia, Perdana Mentri Jens Stoltenberg. Dalam kerjasama itu Indonesia mendapatkan dana sebesar satu miliar Dolar Amerika Serikat, untuk dana memperbaikan kerusakan hutan di Indonesia. Dalam pada itu Indonesia setuju menerapkan Memoratum Perlindungan penggunaan Kayu Alam dan Lahan Gambut, selama dua tahun.

Inilah komitmen negara-negara maju yang ditunggu-tunggu aksinya. Aksi membantu negara-negara berkembang yang memiliki hutan untuk diperbaiki. Sebaliknya negara-negara berkembang pemilik hutan harus berkomitmen untuk menjaga hutannya. Inilah salah satu komitmen yang disepakati dalam konvensi Kopenhagen, yang diadakan bulan Desember lalu. Dalam Konvensi PBB tentang pemanasan global di Konpenhagen tersebut, dinyatakan bahwa Negara berkembang pemilik hutan berhak menerima bantuan dari negara maju berupa dana 30 Dolar Amerika Serikat untuk perbaikan hutannya diantara tahun 2010 sampai 2012.

Hanya Indonesia belum memastikan daerah mana dari hutannya yang perlu diperbaiki, dan daerah mana sebagai hutan percontohan dari proyek ini. Semoga saja proyek dan perbaikan hutannya terlimpah ke provinsi Riau yang hutannya rusak amat parah. Kita lihat saja Hutan Tesso Nilo, Hutan Bukit Tigabelas, yang sekarang hanya tinggal namanya saja hutan konservasi (Cagar Alam) tetapi isinya hanyalah kebun Sawit.

baca selengkapnya...

Jama’ah Ahmadiyah di Pakistan

Penembakan Jamaah Ahmadiyah di Pakistan baru-baru ini oleh kelompok bersenjata menandakan bahwa, walaupun sudah dinyatakan agama yang diluar Islam oleh Ulama dan pemerintah setempat, tetapi penanganannya masih tidak tuntas. Buktinya Jamaah Ahmadiyah masih dibiarkan berkembang oleh pemerintang Pakistan, yang seharusnya segera dibubarkan, sehingga penembakan oleh kelompok bersenjata yang tidak senang terhadap keberadaan Jamaah Ahmadiyah, apapun kelompoknya baik sunni maupun syi’ah, tidak akan mungkin terjadi.

Bagi orang-orang diluar Islam menjadikan kesempatan ini untuk membuat gambaran negatif terhadap Islam, dengan cara :

  1. Mereka menuduh Taliban yang berada dibalik penembakan ini. Dengan menuduh Taliban dibalik penembakan ini, maka akan menimbulkan antipati masyarakat kepada kelompok ini yang sudah lama simpati masyarakat terbangun atau percaya pada kelompok ini. Dengan menuduh Taliban yang melakukan penembakan maka pengaruh dukungan terhadap kelompok Islam yang paling berpengaruh di Pakistan menjadi berkurang (tergembosi), sekaligus memecah belah persatuan dan kesatuan umat Islam yang ada disana.
  2. Membuat gambaran bahwa Islam (terutama Taliban) adalah melakukan kekerasan terhadap sesama muslim (Jamah Ahmadiyah). Pendapat ini di sebarkan untuk kalangan orang yang tidak mengerti tentang Jamaah Ahmadiyah baik didalam negri maupun diluar Pakistan, agar membuat gambaran kejam pada Taliban dan simpati pada Jamaah Ahmadiyah. Pendapat ini disebar bagi kalangan Non Islam agar tidak bersimpati pada Taliban dan Pakistan yang “telah membunuh” Jamaah Ahmadiyah.
  3. Mengadu domba antara sesama Muslim maupun antara non Muslim dan Muslim, baik yang berada di dalam negri Pakistan maupun yang berada di luar Pakistan, dengan cara melakukan gerakan simpati terhadap Jamaah Ahmadiyah dan mengecam kelompok Taliban.

Jamaah Ahamadiyah adalah dinyatakan diluar Islam dan kegiatannya sangat dibenci umat Islam karena ajarannya sangat menodai agama Islam. Keyakinan dan ajarannya yang menyimpang dan dibenci umat Islam adalah:

  1. Ahmadiyah mengakui sebagai agama Islam, tetapi ajarannya tidak sesuai dengan Islam. Seandainya Islam itu adalah merk dagang maka Ahmadiyah pemalsu dan pembajak nama Islam. Mengeluarkan ajaran yang bukan Islam dengan merk atau nama Islam atau ajaran Islam.
  2. Mengakui dan mengajarkan ajaran yang diluar Islam seperti adanya nabi atau rasul lain setelah nabi Muhammad saw yaitu Mirza Ghulam Ahmad sebagai Nabi dan Rasul setelah nabi Muhammad saw. Hal ini bertentangan dengan keyakinan dan ajaran Islam yang mengakui nabi Muhammad saw sebagai nabi terakhir sampai akhir zaman.
  3. Mengakui dan memakai al-Quran sebagai kitab suci tetapi berketetapan hati untuk tidak mengamalkan sepenuhnya, karena mereka juga mempunyai kitab lain disamping al-Quran, yaitu Tadzkirah.

Demikianlah sedikit tentang Ahmadiyah dan peristiwa yang terjadi di Pakistan jangan sampai terprovokasi terhadap hal tersebut.

baca selengkapnya...

Minggu, 30 Mei 2010

Dilema Keamanan (Security Dilemma)

Dilema keamanan yaitu suatu keadaan ketergantungan  pada persenjataan yang menjadi kebijakan suatu negara yang seolah-olah demi kepentingan pertahanan suatu negara padahal untuk mengancam negara lain.

Ancaman persenjataan yang menyebabkan negara lain tertekan karena adanya ancaman ancaman tersebu, menyebabkan negara yang tertekan tersebut membuat kebijakan untuk meningkatkan nilai persenjataanya baik dari segi jumlah, maupun kwalitasnya.

Dilema disini timbul antara kebijakan untuk peningkatan senjata mempengaruhi ekonomi negara. Sedangkan perekonomian negara yang stabil sangat dibutuhkan bagi negara yang sedang berkembang untuk pembangunan nasionalnya, peningkatan sumber daya ekonomi, seperti sektor pertambangan, sektor pertanian, perkebunan dan lain sebagainya yang seharusnya dibangun sarana untuk peningkatan laju pertumbuhan ekonomi, dan pembangunan sarana dan prasarana seperti jalan, komunikasi yang sesungguhnya berdampak langsung dengan kekuatan militer disuatu negara.

Sedangkan peningkatan jumlah senjata, dan anggaran militer yang besar menyebabkan banyak menghabiskan dana, dan anggaran devisa negara sehingga akan menyebabkan dampak langsung maupun tidak langsung akan menjadikan negara tersebut jatuh kepada kebinasaan.

Seandainya suatu negara boleh memilih suatu keadaan mana yang ia pilih pembangunan ekonomi atau peningkatan anggaran militer demi keamanan. Di negara yang kondisi politik regionalnya masih relatif stabil maka akam memilih pembangunan ekonomi. Tetapi keadaan politik regional kadang memaksa suatu negara meningkatkan anggaran militernya disebabkan adanya ancaman dari pihak luar. Pilihan untuk meningkatkan persenjataan militer disebabkan karena ancaman dari peningkatan senjata dari negara lain, dengan mengorbankan perekonomian dalam negri karena kepentingan keamanan yang mendesak, itulah yang disebut dengan dilema keamanan.

baca selengkapnya...

Senin, 10 Mei 2010

Diplomasi

Diplomasi suatu kata yang sering kita dengar dan sangat sering dipakai dengan pengertian suatu perbuatan yang cerdik, untuk meloloskan kepentingan atau tujuan tertentu. Atau keahlian meyakinkan seseorang dalam bernegosiasi sehingga setiap permasalahan dapat terselesaikan sementara kepentingan atau tujuan utama tidak dikorbankan. Apapun arti yang diberikan dalam masyarakat maka arti yang sebenarnya tentu bukanlah suatu kecerdikan dan kebohongan.

Diplomasi berasal dari bahasa Latin artinya sebuah surat yang berikan kepada utusan kerajaan dengan demikian yang memegang surat tersebut adalah yang berhak berbicara atas nama kerajaan dan diberikan hak-hak istimewa sebagaimana seorang utusan. Wujud surat tersebut berbentuk dua buah kepingan logam yang berbentuk setengah lingkaran yang bagian setengahnya diberi tali pengikat sehingga dua buah surat logam tersebut dapat terlipat dan apabila dibentang berbentuk lingkaran penuh. Surat-surat logam tersebut pada zaman kerajaan Romawi dibuat rangkap dua, yang pertama diberikan kepada negara-negara yang langsung dibwah kekuasaan Romawi atau negara yang mempunyai mitra dan hubungan langsung dengan Romawi, dan yang satunya lagi tersimpan sebagai arsip di Romawi. Sehingga jika ada hubungan kenegaraan Romawi dengan mudah dapat mengetahui rekan yang mana sebagai hunbungan diplomatik dan yang tidak ada hubungan diplomatik. Romawi dalam hal surat-menyurat diplomatik ini telaten dalam menyimpan dan administrasinya.1

Menurut Konvensi Wina yang dikutip oleh David Ziegler 19892 Seorang Diplomasi adalah sebagai utusan yang mewakili negaranya. Dalam arti tindak tanduk, perkataan dan perbuatannya serta segala keputusan yang ia ambil adalah mencerminkan negaranya. Artinya dengan kata lain dia sebagai seorang diplomat mengerti betul kepentingan negaranya, pemikiran pemimpinnya, dan selalu berhubungan langsung dengan negara asalnya. Selain itu Diplomat tersebut tidak saja melayani hubungan negara dan pemerintahan tetapi juga meluas sampai pada kelompok dan masyarakat tempat Diplomat itu berada atau diutus.

Pada zaman sekarang dimana pengaruh negara besar sangat menentukan dari diplomasi yang dijalankan. Dengan berakhirnya perang dingin perngaruh-pengaruh kekuatan (power) mulai berkurang jika dibanding dengan pengaruh-pengaruh ketika zaman perang dingin berlangsung.

Dengan berubahnya situasi global dengan pola yang dulunya bipolar (Perimbangan Kekuatan) Menjadi satu hegemoni tunggal menyebabkan juga berubahnya Diplomasi dan Ruang Lingkupnya (Watson, 2005) 3. Seperti sekarang untuk diplomasi tidak saja dilakukan oleh diplomat disatu negara, tetapi lebih banyak dengan utusan langsung, penggunaan Media massa, dan Media Informasi yang lebih luas. Seperti dapat dilihat dengan media masa bahwa kekuasaan Amerika Serikat dalam melakukan diplomasinya kepada Irak, dengan tekanan di media masa, dan ancaman penyerangan, peletakan senjata dan pasukan dilokasi yang berbatasan langsung dengan Irak, untuk menakut-nakuti Irak dan sebagainya. Dalam hegemoni tunggal pola-pola hubungan diplomasi antar dua negara sedikit berkurang.

Seperti sekarang untuk diplomasi tidak saja dilakukan oleh diplomat disatu negara, tetapi lebih banyak dengan utusan langsung, penggunaan Media massa, dan Media Informasi yang lebih luas. Seperti dapat dilihat dengan media masa bahwa kekuasaan Amerika Serikat dalam melakukan diplomasinya kepada Irak, dengan tekanan di media masa, dan ancaman penyerangan, peletakan senjata dan pasukan dilokasi yang berbatasan langsung dengan Irak, untuk menakut-nakuti Irak dan sebagainya. Dalam hegemoni tunggal pola-pola hubungan diplomasi antar dua negara sedikit berkurang. Seperti Amerika Serikat dalam hubungan Diplomatiknya lebih cendrung mengajak langsung sebagai kualisi, seperti di Afghanistan George Bush langsung mengatakan “[E]ither you are with us or you with terrorist” melalui media masa sehingga negara-negara yang tidak mau dituduh mendukung Teroris dengan segera memihak Amerika Serikat. Amerika serikat tidak perlu melakukan diplomasi kesetiap negara, cukup mengatakan seperti diatas dalam pidato kepresidenannya negara-negara lain dengan cepat bereaksi, karena Amerika serikat mempunya Power yang kuat.

Kebebasan universal lebih mendominasi dalam pola-pola interaksi menggantikan dialog-dialog antar negara. Menurut Watson perkembangan Diplomasi sejak lima puluh tahun terakhir dihitung sebelum perang dingin berakhir, pola-pola Diplomasi sedikit Westphalia (Teratur menurut hukum seperti perjanjian Westphalia). Perjanjian yang mengatuh hubungan antar negara ketika masa sebelum perang dunia pertama, dimana negara-negara tunduk dan patuh pada satu aturan dan teratur menurut hukum internasional. Hal ini terjadi disebabkan oleh pengaruh kerajaan Romawi, yang mengatur semua negara dibawah kekuasaannya dan semua negara yang takluk kepadanya, dipaksa untuk tunduk pada satu aturan.

Sedangkan pada tahun-tahun setelah berakhirnya Perang Dingin pola-pola kebebasan universal lebih tampak pola-pola interaksinya, seperti Diplomasi Amerika Serikat dan Multinasiol dalam invasi militernya ke Irak. Penggunaan kekuatan Force merupakan jawaban akhir dari Diplomasi, menunjukkan betapa kuat dan angkuhnya Hegemoni Amerika Serikat dalam berdiiplomasi sehingga penyelesaian dalam bentuk diplomasi damai tanpa penggunaan persenjataan gagal dilakukan. Usaha-usaha diplomasi Cina dalam penyelesaian sengketa Amerika Serikat, Multinasional dan Irak atau Perang Teluk II, dalam rangka usaha penyelesaian sengketa tanpa penggunaan senjata tidak berhasil dicapai (Ani W. Soetjipto, 1991)4.

Salah satu cara yang sering dipraktek untuk mengurangi tekanan konflik adalah Diplomasi (Holsti, K. J. 1968 hal : 236)5 Holsti menambahkan bahwa negosiasi adalah unsur yang terpenting dalam Diplamasi (Holsti, ibid, hal : 238) 6. Oleh karena itu Ziegler menggambarkan diplomasi adalah perhitungan untung rugi dari suatu kasus. Ia mengambil contoh perang Jerman lawan Perancis, dimana jika terjadi perundingan Diplomasi antara Prancis dan Jerman maka Jerman akan menyatakan seperti : “Jika Prancis ingin mendapatkan kembali provinsi Allesca dan Lorraine kembali maka harus mengorbankan 1.363.000 tentara muda, kuat dan sehatnya.” Tetapi ternyata Diplomasi itu tidak terjadi dan Perancis memaksa merebut kembali dua provinsiya, maka terjadilah pertempuran dengan mengorbankan 1.363.000 tentara Prancis, dan akhirnya Jerman menyerahkan dua provinsinya kembali ke Prancis. Menurut Ziegler interaksi semacam itu juga Diplomasi (Ziegler, 1989, hal: 272)7. Artinya ada tukar menukar informasi dan perhitungan untung ruginya. Termasuk disini adalah ancaman yang mungkin juga bagian dari Diplomasi. Seperti Deterrence juga disebut sebagai Diplomasi. Show of Force mungkin juga bagian dari diplomasi. Ketika program Perang bintang yang dirancang Presiden Ronald Reagan sebagai anti peluru kendali, adalah bagian yang dapat menggentarkan lawannya Uni Soviet, adalah bagian yang menjadikan negosiasi Amerika serikat berhasil dapat juga dikatakan Diplomasi. Dan ternyata teknologi perang bintang yang digembar-gemborkan Amerika Serikat dulu adalah palsu! Kepalsuan ini hanya bertujuan menakut-nakuti musuh, adalah bagian dari Diplomasi yang disebut dengan propaganda.

Propaganda adalah Instrument Diplomasi yang paling sering digunakan dan penting. Seolah-olah Diplomasi tidak ada apa-apanya tanpa propaganda. Propaganda adalah merupakan komunikasi politik yang efektif digunakan yang wujudnya adalah dalam bentuk promosi atau sosialisasi negara kepada negara lain atau masyarakat lain (Holsti, K. J., 1968 hal: 247-248)8. Pada dasarnya ternyata hanya sedikit orang yang mengetahui tentang negaranya atau negara lain. Oleh sebab itu propaganda sangat dibutuhkan dalam mempromosikan, mengkampanyekan, mensosialisasikan hal-hal yang dikira perlu untuk diketahui oleh orang banyak baik terhadap rakyatnya maupun negara lain. Contoh-contoh propaganda adalah program siaran radio luar negri dan televisi milik pemerintah yang sengaja disebar keseluruh dunia. Radio VOA milik Amerika Serikat, dan program acara TV Dunia Kita milik VOA yang tersebar keseluruh dunia, yang program acara Dunia Kita ini dipromosikan melalui internet facebook yang telah mempunyai penggemar yang tetap adalah salah satu contoh propaganda yang efektif dan selalu dipergunakan. Sepertinya Amerika Serikat sangat mementingkan propaganda negaranya keseluruh dunia.
Propaganda adalah dalam rangka menanamkan pengaruh yang sangat berkaitan dengan Power (Watson, 2005 hal: 41)9 dan juga berkaitan dengan kebijaksanaan luar negri (Holsti, K. J., 1968)


  1. Roy, S.L., 1991, Diplomasi, Rajawali Pers, Jakarta. hal: 1-2

  2. Zigler, David W., 1989, War, Peace And International Politic, Little Brown And Company, Boston, USA hal: 277-278.

  3. Watson, Adam, 2005, Diplomacy "The Dialogue Between States", Edisi Revisi 2005, Master-ebook, Routledge, UK.

  4. Soetjipto, Ani Widyani, 1991, Global:Jurnal Politik Internasional "Diplomasi RRC Dalam Perang Teluk II," Jurusan Hubungan Internasional FISIP-UI dan PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

  5. Holsti, K. J., 1967, International Politik "A Framework For Analysis," Prentice Hall, New Jersey, USA

  6. Holsti, ibid., hal : 238.

  7. Zigler, op.cit., hal: 272.

  8. Watson, op.cit., hal: 41.



Daftar Pustaka
  1. Watson, Adam, 2005, Diplomacy "The Dialogue Between States", Edisi Revisi 2005, Master-ebook, Routledge, UK.

  2. Zigler, David W., 1989, War, Peace And International Politic, Little Brown And Company, Boston, USA.

  3. Holsti, K. J., 1967, International Politik "A Framework For Analysis," Prentice Hall, New Jersey, USA.

  4. Roy, S.L., 1991, Diplomasi, Rajawali Pers, Jakarta.

  5. Soetjipto, Ani Widyani, 1991, Global:Jurnal Politik Internasional "Diplomasi RRC Dalam Perang Teluk II," Jurusan Hubungan Internasional FISIP-UI dan PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.


baca selengkapnya...