Jumat, 22 Januari 2010

Afghanistan dibawah Amerika Serikat

Amerika Serikat merencanakan akan tetap menancapkan pengaruh dan kekuasaannya di Afghanistan. Presiden Barrack Obama merencanakan akan tetap mempertahankan organisasi sipilnya di Afghanistan dan Pakistan dalam waktu lama. Obama juga telah menganggarkan dana sebesar 33 Milyar dolar untuk membiayai peningkatan pasukan dan proyek-proyek sipil.

Penarikan pasukan Amerika Serikat sedianya akan dilaksanakan tahun depan, 2011, bersamaan dengan tentara multinasional dan PBB. Tetapi melihat gelagat Amerika Serikat barangkali Amerika serikat akan menunda penarikan tentaranya di tahun 2011.


Negara Multinasional khawatir akan berlama-lamanya pasukan di Afghanistan

Banyak negara yang ikut bergabung dalam pasukan keamanan dan multinasional mulai keluhkan keamanan tentaranya dan ketidak jelasan keberadaan pasukannya di Afghanistan. Sebuah Koran yang terbit di Selandia baru dikritik karena menerbitkan foto pasukan khusus Selandia Baru. Menurut Perdana Mentri Selandia Baru, pemuatan foto itu akan membahayakan keamanan diri pasukan itu.

Kekacauan dan bahaya keamanan di Afghanistan paska berdirinya pemerintahan presidium sepertinya begitu mengkhawatirkan negara-negara yang ikut terlibat pada perang Afghanistan untuk berlama-lama disana. Mereka mengkhawatirkan keamanan pasukan dan ketidak jelasan pasukannya berada disana. Seperti Jerman yang juga mengirim pasukannya di Afghanistan juga mengkhawatirkan keberadaan pasukannya di Afghanistan dan mulai mempertanyakan atas dasar kepentingan apa keberadaan pasukan Jerman di Afghanistan. Perdebatan antar partai di Parlemen Jerman yang mempertanyakan pentingnya keberadaan pasukan Jerman di Afghanistan dan mulai merencanakan penarikan pasukannya dari Afghanistan tahun 2011 depan.

Pemerintahan presidium di Afghanistan buatan Amerika Serikat ternyata tidak mempunyai kekuatan dukungan yang kuat selain dari Amerika Serikat. Presiden terpilih hasil presidium pasca penyerangan Amerika Serikat ke Afghanistan tahun 2003, Hamid Karzay mengkhawatirkan akan kedudukan pemerintahannya setelah tentara multinasional dan Amerika Serikat benar-benar jadi menarik pasukannya dari Afghanistan. Presiden Hamid Karzay, mencoba mencari dukungan dan menggalang kekuatan dengan merekrut kelompok (partai) terbesar Taliban. Yang didekati oleh Hamid Karzay kelompok Taliban yang moderat. Presiden tersebut menjanjikan penerimaan kembali orang-orang kelompok Taliban untuk kembali ke desanya dan mendapatkan pekerjaan, bagi kelompok Taliban yang mau menerima kepemimpinannya dan tidak ekstrim.

Mentri luar negri Inggris David Miliband menyesalkan pasukan NATO yang gagal melatih polisi Afghanistan. Begitu pula Kanselir Jerman Angela Merkel dan Presiden Perancis Nikolas Sarkozy juga menyatakan sikap yang sama. Mereka sama-sama khawatir tentang keamanan pasukan mereka berada di Afghanistan. Mereka khawatir kalau-kalau Tentara Taliban, Al-Qaeda, muncul kembali dan menyerang pasukan mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar